DINAMIKA GERAK LURUS
Pada modul 2 kita telah membahas gerak
benda yang dinyatakan dalam kecepatan dan percepatan (tanpa
memperhatikan penyebab terjadinya gerak tersebut). Sekarang yang menjadi
pertanyaan, mengapa benda-benda dapat bergerak? Apa yang membuat benda
yang pada mulanya diam mulai bergerak? Apa yang mempercepat atau
memperlambat benda? Kita dapat menjawab setiap pertanyaan tersebut
dengan mengatakan bahwa untuk melakukan itu semua diperlukan sebuah
gaya. Pada modul ini, kalian akan menyelidiki hubungan antara gaya dan
gerak. Sebelum kalian mempelajari tentang dinamika ini, pertama kita
akan membahas konsep gaya secara kualitatif.
A. Pengertian Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong maka pada benda bekerja gaya dan keadaan gerak benda dapat berubah. Gaya adalah penyebab gerak. Gaya termasuk besaran vektor, karena gaya mempunyai besar dan arahnya. Ketika seseorang mendorong mobil yang mogok, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, orang tersebut memberikan gaya pada mobil itu. Pada olah raga bulu tangkis, sebuah gaya diberikan atlet pada bola sehingga menyebabkan bola berubah arah gerak.
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong maka pada benda bekerja gaya dan keadaan gerak benda dapat berubah. Gaya adalah penyebab gerak. Gaya termasuk besaran vektor, karena gaya mempunyai besar dan arahnya. Ketika seseorang mendorong mobil yang mogok, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, orang tersebut memberikan gaya pada mobil itu. Pada olah raga bulu tangkis, sebuah gaya diberikan atlet pada bola sehingga menyebabkan bola berubah arah gerak.
Ketika sebuah mesin mengangkat lift, atau
martil memukul paku, atau angin meniup daun-daun pada sebuah pohon,
berarti sebuah gaya sedang diberikan. Kita katakan bahwa sebuah benda
jatuh karena gaya gravitasi. Jadi, gaya dapat menyebabkan perubahan pada
benda, yaitu perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan, dan arah
gerak benda. Di sisi lain, gaya tidak selalu menyebabkan gerak. Sebagai
contoh, jika kalian mendorong tembok dengan sekuat tenaga, tetapi tembok
tetap tidak bergerak. Sebuah gaya memiliki nilai dan arah, sehingga
merupakan vektor yang mengikuti aturan-aturan penjumlahan vektor yang
telah dibahas pada pada bab 1.
Untuk mengukur besar atau kekuatan gaya,
dapat dilakukan dengan menggunakan neraca pegas, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
B. Jenis-Jenis Gaya
Gaya merupakan dorongan atau tarikan yang
akan mempercepat atau memperlambat gerak suatu benda. Pada kehidupan
sehari-hari gaya yang Anda kenal biasanya adalah gaya langsung. Artinya,
sesuatu yang memberi gaya berhubungan langsung dengan yang dikenai
gaya. Selain gaya langsung, juga ada gaya tak langsung. Gaya tak
langsung merupakan gaya yang bekerja di antara dua benda tetapi kedua
benda tersebut tidak bersentuhan. Contoh gaya tak langsung adalah gaya
gravitasi. Pada subbab ini Anda akan mempelajari beberapa jenis gaya,
antara lain, gaya berat, gaya normal, dan gaya gesekan.
1. Gaya Berat
Pada kehidupan sehari-hari, banyak orang
yang salah mengartikan antara massa dengan berat. Misalnya, orang
mengatakan “Doni memiliki berat 65 kg”. Pernyataan orang tersebut keliru
karena sebenarnya yang dikatakan orang tersebut adalah massa Doni. Anda
harus dapat membedakan antara massa dan berat. Massa merupakan ukuran
banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Massa (m) suatu benda
besarnya selalu tetap dimanapun benda tersebut berada, satuannya kg.
Berat
merupakan gaya gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda. Satuan
berat adalah Newton (N). Hubungan antara massa dan berat dijelaskan
dalam hukum II Newton. Misalnya, sebuah benda yang bermassa m dilepaskan
dari ketinggian tertentu, maka benda tersebut akan jatuh ke bumi. Jika
gaya hambatan udara diabaikan, maka gaya yang bekerja pada benda
tersebut hanyalah gaya gravitasi (gaya berat benda). Benda tersebut akan
mengalami gerak jatuh bebas dengan percepatan ke bawah sama dengan
percepatan gravitasi. Jadi, gaya berat
yang dialami benda besarnya sama dengan perkalian antara massa (m)
benda tersebut dengan percepatan gravitasi (g) di tempat itu. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Keterangan :w : gaya berat (N)
m : massa benda (kg)
g : percepatan gravitasi (ms-2)
2. Gaya Normal
Anda ketahui bahwa benda yang dilepaskan
pada ketinggian tertentu akan jatuh bebas. Bagaimana jika benda tersebut
di letakkan di atas meja, buku misalnya? Mengapa buku tersebut tidak
jatuh? Gaya apa yang menahan buku tidak jatuh? Gaya yang menahan buku
agar tidak jatuh adalah gaya tekan meja pada buku. Gaya ini ada karena
permukaan buku bersentuhan dengan permukaan meja dan sering disebut gaya
normal. Gaya normal (N) adalah gaya yang bekerja pada bidang yang
bersentuhan antara dua permukaan benda, yang arahnya selalu tegak lurus
dengan bidang sentuh. Jadi, pada buku terdapat dua gaya yang bekerja,
yaitu gaya normal (N) yang berasal dari meja dan gaya berat.
Kedua gaya tersebut besarnya sama tetapi berlawanan arah, sehingga
membentuk keseimbangan pada buku. Ingat, gaya normal selalu tegak lurus
arahnya dengan bidang sentuh. Jika bidang sentuh antara dua benda adalah
horizontal, maka arah gaya normalnya adalah vertikal. Jika bidang
sentuhnya vertikal, maka arah gaya normalnya adalah horizontal. Jika
bidang sentuhya miring, maka gaya normalnya juga akan miring. Perhatikan
Gambar 4.6.
3. Gaya Gesekan
Jika Anda mendorong sebuah almari besar
dengan gaya kecil, maka almari tersebut dapat dipastikan tidak akan
bergerak (bergeser). Jika Anda mengelindingkan sebuah bola di lapangan
rumput, maka setelah menempuh jarak tertentu bola tersebut pasti
berhenti. Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi? Apa yang menyebabkan
almari sulit di gerakkan dan bola berhenti setelah menempuh jarak
tertentu? Gaya yang melawan gaya yang Anda berikan ke almari atau gaya
yang menghentikan gerak bola adalah gaya gesek. Gaya gesek adalah gaya
yang bekerja antara dua permukaan benda yang saling bersentuhan. Arah
gaya gesek berlawanan arah dengan kecenderungan arah gerak benda. Untuk
benda yang bergerak di udara, gaya geseknya bergantung pada luas
permukaan benda yang bersentuhan dengan udara. Makin besar luas bidang
sentuh, makin besar gaya gesek udara pada benda tersebut sedangkan untuk
benda padat yang bergerak di atas benda padat, gaya geseknya tidak
tergantung luas bidang sentuhnya. Gaya gesekan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu gaya gesekan statis dan gaya gesekan kinetis. Gaya gesek
statis (fs) adalah gaya gesek yang bekerja pada benda selama benda
tersebut masih diam. Menurut hukum I Newton, selama benda masih diam
berarti resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Jadi,
selama benda masih diam gaya gesek statis selalu sama dengan yang
bekerja pada benda tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut.
Keterangan:fs : gaya gesekan statis maksimum (N)
s: koefisien gesekan statis
Gaya gesek kinetis (fk) adalah gaya gesek
yang bekerja pada saat benda dalam keadaan bergerak. Gaya ini termasuk
gaya dissipatif, yaitu gaya dengan usaha yang dilakukan akan berubah
menjadi kalor. Perbandingan antara gaya gesekan kinetis dengan gaya
normal disebut koefisien gaya gesekan kinetis (ms). Secara matematis
dapat di tulis sebagai berikut.
Keterangan:fk : gaya gesekan kinetis (N)
k: koefisien gesekan kinetis
C. Hukum-Hukum Newton
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari
hukum gerak Newton secara berurutan. Hukum pertama, memperkenalkan
konsep kelembaman yang telah diusulkan sebelumnya oleh Galileo. Hukum
kedua, menghubungkan percepatan dengan penyebab percepatan, yakni gaya.
Hukum ketiga, merupakan hukum mengenai aksi-reaksi. Newton menuliskan
ketiga hukum geraknya dalam sebuah buku yang terpenting sepanjang
sejarah, yakni Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, yang
dikenal sebagai principia.
1. Hukum I Newton
Pada prinsipnya, benda yang diam akan
tetap diam sebelum ada gaya yang menarik atau mendorongnya sehingga
dapat bergerak. Demikian juga pada benda yang sedang bergerak dengan
kecepatan konstan akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan dan akan
dapat berhenti jika ada gaya yang melawan gerak tersebut. Keadaan ini
disimpulkan oleh Newton sebagai berikut.
“ Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap”
Pernyataan di atas dikenal sebagai Hukum Pertama Newton. Kecenderungan benda mempertahankan keadaannya, yaitu diam atau bergerak dengan kelajuan konstan dalam garis lurus, disebut kelembaman atau inersia. Oleh karena itu, Hukum Pertama Newton disebut juga sebagai hukum Kelembaman. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
“ Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap”
Pernyataan di atas dikenal sebagai Hukum Pertama Newton. Kecenderungan benda mempertahankan keadaannya, yaitu diam atau bergerak dengan kelajuan konstan dalam garis lurus, disebut kelembaman atau inersia. Oleh karena itu, Hukum Pertama Newton disebut juga sebagai hukum Kelembaman. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Ukuran kuantitas kelembaman suatu benda
adalah massa. Setiap benda memiliki tingkat kelembaman yang
berbeda-beda. Makin besar massa suatu benda, makin besar kelembamannya.
Saat mengendarai sepeda motor Anda bisa langsung memperoleh kelajuan
besar dalam waktu singkat. Namun, saat Anda naik kereta, tentu
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kelajuan yang besar. Hal
itu terjadi karena kereta api memiliki massa yang jauh lebih besar
daripada massa sepeda motor.
2. Hukum II Newton
Hukum I Newton hanya membahas benda yang
tidak dikenai gaya dari luar, artinya benda tidak mengalami percepatan.
Bagaimana jika suatu benda mendapat gaya dari luar atau pada benda
tersebut bekerja beberapa gaya yang resultannya tidak sama dengan nol?
Pada kondisi ini benda mengalami perubahan percepatan.
Misalkan Anda mendorong sebuah kotak di atas lantai licin (gaya gesek diabaikan) dengan gaya F, ternyata dihasilkan percepatan sebesar a. Saat gaya dorong terhadap kotak Anda perbesar menjadi dua kali semula (2F), ternyata percepatan yang dihasilkan juga dua kali semula (2a). Ketika gaya dorong Anda tingkatkan menjadi tiga kali semula (3F), ternyata percepatan yang dihasilkan juga menjadi tiga kali semula (3a). Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan besarnya resultan gaya yang bekerja pada suatu benda (a ~ f).
Sekarang, taruhlah sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi Anda dorong (massa kotak menjadi 2 kali semula (2m)). Ternyata dengan gaya F dihasilkan percepatan yang besarnya setengah percepatan semula (1/2 a). Kemudian tambahkan lagi sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi Anda dorong (massa menjadi 3 kali semula). Ternyata dengan gaya F dihasilkan percepatan yang besarnya sepertiga percepatan semula (1/3 a). Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding
terbalik dengan massa benda (a ~ 1/m).
Berdasarkan dua kesimpulan tersebut Newton menggabungkannya menjadi sebuah pernyataan, yang dikenal dengan hukum II Newton, yaitu “Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Misalkan Anda mendorong sebuah kotak di atas lantai licin (gaya gesek diabaikan) dengan gaya F, ternyata dihasilkan percepatan sebesar a. Saat gaya dorong terhadap kotak Anda perbesar menjadi dua kali semula (2F), ternyata percepatan yang dihasilkan juga dua kali semula (2a). Ketika gaya dorong Anda tingkatkan menjadi tiga kali semula (3F), ternyata percepatan yang dihasilkan juga menjadi tiga kali semula (3a). Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan besarnya resultan gaya yang bekerja pada suatu benda (a ~ f).
Sekarang, taruhlah sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi Anda dorong (massa kotak menjadi 2 kali semula (2m)). Ternyata dengan gaya F dihasilkan percepatan yang besarnya setengah percepatan semula (1/2 a). Kemudian tambahkan lagi sebuah kotak (dengan massa sama) di atas kotak yang tadi Anda dorong (massa menjadi 3 kali semula). Ternyata dengan gaya F dihasilkan percepatan yang besarnya sepertiga percepatan semula (1/3 a). Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding
terbalik dengan massa benda (a ~ 1/m).
Berdasarkan dua kesimpulan tersebut Newton menggabungkannya menjadi sebuah pernyataan, yang dikenal dengan hukum II Newton, yaitu “Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:
a : percepatan benda (ms-2)
F : resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
m : massa benda (kg)
a : percepatan benda (ms-2)
F : resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
m : massa benda (kg)
Kerjakanlah sebagai latihan!
1. Sebuah bola bermassa 0,5 kg ditedang
oleh sebuah gaya sehingga bergerak dengan percepatan 2 m/s2. Tentukan
besar gaya yang bekerja pada bola tersebut!
2. Sebuah kertas kardus dengan massa 0,3
kg ditendang dengan gaya 10 N oleh seseorang. Tentukan percepatan yang
dialami oleh kardus tersebut!
3. Sebuah benda ditendang dengan gaya 20 N sehingga bergerak dengan percepatan 4 m/s2. Tentukan massa benda tersebut!
3. Hukum III Newton
Gaya selalu muncul berpasangan. Ketika
Anda memukul pasak kayu menggunakan palu, pasak akan memberikan gaya
kepada palu. Demikian pula, ketika Anda berjalan di atas lantai, Anda
memberikan gaya pada lantai melalui telapak kaki atau alas sepatu Anda
maka lantaipun memberikan gaya pada telapak kaki atau alas sepatu Anda
sebagai reaksi terhadap gaya yang Anda berikan. Dengan kata lain, ketika
suatu benda memberikan gaya pada benda lainnya, benda kedua akan
memberikan gaya yang sama dan berlawanan arah pada benda pertama.
Pernyataan di atas dikenal sebagai Hukum Ketiga Newton. Sifat pasangan
gaya aksi-reaksi besarnya selalu sama, segaris, saling berlawanan arah,
dan bekerja pada benda yang berbeda. Secara matematis hukum III Newton
dapat di tulis sebagai berikut.
Contoh lain yang menunjukkan gaya aksi
reaksi adalah ketika Anda berjalan di atas lantai. Saat berjalan, kaki
Anda menekan lantai ke belakang (aksi). Sebagai reaksi, lantai mendorong
telapak kaki Anda ke depan sehingga Anda dapat berjalan. Pernahkah Anda
memperhatikan tank yang sedang menembak? Pada saat menembakkan peluru,
tank mendorong peluru ke depan (aksi). Sebagai reaksi, peluru mendorong
tank ke belakang sehingga tank terdorong ke belakang. Gaya aksi-reaksi
inilah yang menyebabkan tank terlihat tersentak ke belakang sesaat
setelah memuntahkan peluru.
C. Penerapan Hukum Newton
Pada kehidupan sehari-hari Anda pasti
dapat menemui contoh penerapan hukum-hukum Newton. Dalam subbab ini Anda
akan membahas beberapa contoh penerapan hukum-hukum Newton. Misalnya
pada gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan. Untuk
menyelesaikan permasalahan yang menggunakan hukum I dan II Newton pada
suatu benda, ada beberapa catatan. Pertama, gambarlah diagram secara
terpisah yang menggambarkan semua gaya yang bekerja pada benda tersebut
(gambar diagram bebas). Kedua, gaya yang searah dengan perpindahan benda
dianggap positif, sedangkan gaya yang berlawanan arah dengan
perpindahan benda dianggap negatif.
1. Gerak Benda pada Bidang Datar
2. Gerak Dua Benda yang Bersentuhan
3. Gerak Benda pada Bidang Miring
4. Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Katrol
5. Gaya Tekan Kaki pada Lantai Lift
Rangkuman
1. Elastisitas adalah kemampuan suatu
benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang
diberikan kepadanya dihilangkan. Benda yang memiliki elastisitas disebut
benda elastis, sedangkan benda yang tidak memiliki elastisitas disebut
benda plastis.
2. Tegangan (stress) didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda.
3. Regangan (strain) adalah perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula-mula.4. Menurut Hukum Hooke, besarnya pertambahan panjang benda pada daerah elastisitas sebanding dengan gaya yang bekerja pada benda.
F = k.x.
5. Konstanta pegas total secara seri dirumuskan.
6. Konstanta pegas total secara paralel dirumuskan.
kparalel = k1 + k2 + k3 +. . .
7. Modulus elastisitas atau modulus Young adalah perbandingan antara tegangan dan regangan:
Tes
1. Apakah yang terjadi jika sebuah karet gelang terus kita tarik dengan kedua tangan? Mengapa?
2. Sebuah timbangan pegas yang memiliki
konstanta pegas 1000 N/m dan panjangnya 0,2 m digantungkan pada
ketinggian 1 m dari tanah. Timbangan tersebut kemudian digunakan untuk
menimbang beban seberat 20 kg dan memiliki panjang 0,1 m. Ketika beban
yang ditimbang tersebut digantungkan, kira-kira beban tersebut menyentuh
tanah atau tidak? (g = 10 m/s2)
3. Terdapat dua buah sepeda motor. Sepeda
motor pertama dipasangi dua buah shockbreaker yang mempunyai konstanta
pegas sama yaitu 200 N/m. Panjang shockbreaker tersebut adalah 30 cm.
Sepeda motor kedua dipasangi dua buah shockbreaker yang mempunyai
konstanta pegas sama yaitu 150 N/m. Panjang shockbreaker tersebut adalah
29 cm. Ketika kedua sepeda motor tersebut dinaiki oleh satu orang,
panjang masing-masing shockbreakernya menjadi 22 cm. Manakah yang lebih
berat, antara orang yang menaiki sepeda motor pertama atau orang yang
menaiki sepeda motor kedua?
4. Terdapat dua buah kawat logam. Logam
pertama dengan luas penampang 5 mm2 ditarik oleh gaya 3 N hingga
panjangnya bertambah dari 50 cm menjadi 50,04 cm. Kawat logam kedua
dengan luas penampang 4 mm2 ditarik oleh gaya 2 N hingga panjangnya
bertambah dari 60 cm menjadi 60,06 cm. Kawat logam manakah yang lebih
kuat?
Kunci Jawaban
1. Karet gelang terus menerus ditarik
artinya gaya yang diberikan terus diperbesar. Jika gaya terus
diperbesar, maka ketika gaya tersebut melebihi batas elastisitas dan
gaya tersebut dihilangkan maka karet tidak akan kembali ke bentuknya
semula. Karet sudah menjadi benda plastis. Jika gaya yang diberikan
melebihi titik tekuk, maka hanya dibutuhkan tambahan gaya tarik kecil
untuk menghasilkan pertambahan panjang yang besar. Jika gaya yang
diberikan melebihi titik patah, maka karet akan terputus.
2. Diketahui:
k = 1000 N/m
x0 = 0,6 m
h = 1 m
m = 20 kg
g = 10 m/s2
Ditanyakan: Apakah beban tersebut menyentuh tanah atau tidak?
Jawab:
Menurut hukum Hooke pertambahan panjang pegas adalah
Panjang pegas keseluruhannya menjadi:k = 1000 N/m
x0 = 0,6 m
h = 1 m
m = 20 kg
g = 10 m/s2
Ditanyakan: Apakah beban tersebut menyentuh tanah atau tidak?
Jawab:
Menurut hukum Hooke pertambahan panjang pegas adalah
Jadi panjang pegas keseluruhannya ditambah panjang beban menjadi
Karena beban pegas digantung pada ketinggian 1 m jadi beban tidak menyentuh tanah.
3. Diketahui:
k1 = 2000 N/m
x01 = 30 cm = 0,3 m
k2 = 1500 N/m
x02 = 29 cm = 0,29 m
x = 22 cm = 0,22 m
Ditanyakan: Manakah yang lebih berat, antara orang yang menaiki sepeda motor pertama atau orang yang menaiki sepeda motor kedua?
Jawab:
Untuk sepeda motor pertama
Konstanta pegas pengganti sepeda motor pertama
k1 = 2000 N/m
x01 = 30 cm = 0,3 m
k2 = 1500 N/m
x02 = 29 cm = 0,29 m
x = 22 cm = 0,22 m
Ditanyakan: Manakah yang lebih berat, antara orang yang menaiki sepeda motor pertama atau orang yang menaiki sepeda motor kedua?
Jawab:
Untuk sepeda motor pertama
Konstanta pegas pengganti sepeda motor pertama
Perubahan panjang shockbreaker sepeda motor pertama
(tanda (–) menyatakan pegas memendek)
Gaya yang bekerja pada sepeda motor 1 adalah
(tanda (–) menyatakan pegas memendek)
Gaya yang bekerja pada sepeda motor 1 adalah
Untuk sepeda motor kedua
Konstanta pegas pengganti sepeda motor kedua
Perubahan panjang shockbreaker sepeda motor keduaKonstanta pegas pengganti sepeda motor kedua
(tanda (–) menyatakan pegas memendek)
Gaya yang bekerja pada sepeda motor 2 adalah
Jadi,
F1 = 320 N
F2 = 210 N
Karena F1 > F2, maka orang yang menaiki sepeda motor pertama lebih berat dibandingkan dengan orang yang menaiki sepeda motor kedua.
4. Diketahui:
A1 = 5 mm2 =5 × 10-6 m2
F1 = 3 N
L01 = 50 cm
L1 = 50,04 cm
A2 = 4 mm2 = 4 × 10-6 m2
F2 = 2 N
L02 = 60 cm
L2 = 60,04 cm
Ditanyakan: Kawat logam manakah yang lebih kuat?
Jawab:
Kawat logam pertama
Kawat logam keduaA1 = 5 mm2 =5 × 10-6 m2
F1 = 3 N
L01 = 50 cm
L1 = 50,04 cm
A2 = 4 mm2 = 4 × 10-6 m2
F2 = 2 N
L02 = 60 cm
L2 = 60,04 cm
Ditanyakan: Kawat logam manakah yang lebih kuat?
Jawab:
Kawat logam pertama
E1 = 0,75 x 109 N/m2
E2 = 0,75 x 109 N/m2
Karena E1 = E2, maka logam pertama dan logam kedua sama kuatnya.
E2 = 0,75 x 109 N/m2
Karena E1 = E2, maka logam pertama dan logam kedua sama kuatnya.
Umpan Balik
a. Kriteria Penilaian Tes
Skor Kriteria
5 Memberikan suatu penyelesaian lengkap dan benar
4 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, sedikit cacat, tetapi memuaskan
3 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, banyak cacat, tetapi hampir memuaskan
2 Memberikan suatu penyelesaian yang ada unsur benarnya, tetapi tidak memadai
1 Mencoba memberikan suatu penyelesaian, tetapi salah total
0 Tidak mencoba memberikan penyelesaian sama sekali
Skor Kriteria
5 Memberikan suatu penyelesaian lengkap dan benar
4 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, sedikit cacat, tetapi memuaskan
3 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, banyak cacat, tetapi hampir memuaskan
2 Memberikan suatu penyelesaian yang ada unsur benarnya, tetapi tidak memadai
1 Mencoba memberikan suatu penyelesaian, tetapi salah total
0 Tidak mencoba memberikan penyelesaian sama sekali
b. Rumus untuk menghitung skor akhir tes
Contoh:Dalam tes yang terdiri dari 5 buah soal, dengan menggunakan kriteria penilaian tes, anda mendapatkan nilai sebagai berikut.
No Tes Nilai
1 4
2 5
3 3
4 5
5 3
Jumlah 20
1 4
2 5
3 3
4 5
5 3
Jumlah 20
Karena jumlah soal adalah 5, maka nilai skor maksimumnya adalah 5 × 5 = 25.
Jadi nilai Anda adalah 80.
c. Pedoman menentukan tingkat pencapaian sasaran belajar
KKM untuk mata pelajaran fisika kelas X semester genap adalah 75.
• Jika nilai yang Anda dapatkan dalam tes kurang dari 75, maka Anda belum tuntas.
• Jika nilai yang Anda dapatkan dalam tes lebih dari atau sama dengan 75, maka Anda sudah tuntas.
KKM untuk mata pelajaran fisika kelas X semester genap adalah 75.
• Jika nilai yang Anda dapatkan dalam tes kurang dari 75, maka Anda belum tuntas.
• Jika nilai yang Anda dapatkan dalam tes lebih dari atau sama dengan 75, maka Anda sudah tuntas.
d. Tindak lanjut
• Jika nilai Anda belum tuntas, maka Anda perlu menempuh remidi.
• Jika nilai Anda sudah tuntas, maka Anda bisa melanjutkan ke materi pembelajaran berikutnya.
• Jika nilai Anda belum tuntas, maka Anda perlu menempuh remidi.
• Jika nilai Anda sudah tuntas, maka Anda bisa melanjutkan ke materi pembelajaran berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar