Pembelajaran I
ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH
Standar Kompetensi : Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik
Tujuan Pembelajaran:
1. Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian pengetahuan, ilmu pengetahuan dan penelitian dengan benar.
2. Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah metode ilmiah dengan benar.
3. Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan memberikan contoh langkah-langkah metode ilmiah dengan benar.
A. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.
Peristiwa
alam merupakan peristiwa yang berulang setiap waktu, sehingga dengan
memperhatikan keteraturan yang ada, manusia memulai memperhatikan gejala
alam, melakukan pencatatan secara sistematis tentang apa yang telah
terjadi, mengumpulkan catatan-catatan tentang gejala kebendaan dan
gejala kejadian, mengelompokkan berbagai catatan tersebut ke dalam
gejala yang sejenis, membedakan dan menghubungkan berbagai catatan
peristiwa dan kejadian. Hasilnya antara lain pengetahuan manusia semakin hari menjadi semakin pesat perkembangannya.
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan serapan panca indera, dan diolah oleh
akal budi secara spontan. Dapat juga dikatakan bahwa pengetahuan adalah
segala sesuatu yang dilihat, didengar, dikecap, dicium, diraba dan
hadir dalam kesadaran kita. Jadi pengetahuan bersifat spontan, subyektif
dan intuitif. Kemampuan ini merupakan milik setiap manusia sejak lahir.
Pengetahuan senantiasa mengandaikan adanya subyek yang mengetahui, dan obyek yang diketahui hal ikhwalnya. Selain itu pengetahuan juga berkait erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang ada pada subyek dan realitas yang ada pada obyek. Karena itu bila terjadi ketidaksesuaian antara apa yang diketahui dengan realitas obyeknya, maka dikatakan terjadi ketidak benaran (kesalahan).
Sains berasal dari kata Scientia (bahasa Yunani) artinya ilmu pengetahuan. Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian scientia ini dianggap terlalu luas cakupannya, karena mencakup semua ilmu pengetahuan yang ada. Ilmu dapat didefinisikan sebagai hasil proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu Pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis dan koheren.
Sejalan
dengan problema yang dihadapi manusia dan sesuai dengan karakteristik
ilmu pengetahuan yang berkembang sampai saat ini, maka sains diartikan
sebagai ilmu pengetahuan alam atau IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
lahir dari olah karya budi manusia, yakni setelah manusia memanfaatkan
kemampuan indera dan akalpikirannya. Olah karya budi merupakan aktivitas
berpikir, bersikap dan pengembangan keterampilan. Aktivitas berpikir
bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Lewat keterampilan
menggunakan alat ukur, baik peralatan ukur yang canggih maupun tidak;
manusia dapat memanfaatkan alat inderanya untuk mengoptimalkan kesadaran
berpikir dalam mengamati, mengalami, menyelidiki gejala benda dan
gejala kejadian. Seterusnya dengan menggunakan kemampuan olah pikir yang
dimilikinya yakni dengan melakukan penggabungan antara hasil pengamatan
indera dan penalarannya akan didapat pengetahuan yang mantap.
Dengan
menggunakan kemampuan-kemampuan berpikir IPA, akan dapat dilakukan
ramalan tentang gejala tersebut. Proses berulang dalam alam semesta ini
dapat dipelajari yang pada akhirnya gejala dapat dijelaskan baik.
IPA
(sains) mencakup beberapa pengertian mendasar yang berkaitan dengan
olah karya budi manusia dalam mengungkap alam semesta. Pendapat Sund
(1975) menyatakan bahwa : sains mencakup tiga aspek yang terpadu yakni
(a) scientific attitudes (sikap ilmiah), (b). Scientific methods (metode ilmiah) dan (c). scientific product (produk ilmiah). Obyek IPA melibatkan konsepsi ilmiah tentang kenyataan alamiah.
Sistematika
sains (IPA) ditekankan pada masalah yang pada umumnya dapat dikerjakan
oleh manusia. Dalam hal ini ilmu pengetahuan alam harus dapat diurutkan
dan dipetakan (mapping) ke dalam hal yang lebih detail (rinci).
Di samping itu ilmu pengetahuan alam haruslah bertolak dari kenyataan
alamiah. Dengan demikian, peran pengamatan, pengukuran, klasifikasi
menjadi pembuka tabir bagi benda yang jauh dari tempat kita berada.
Pengamatan
adalah upaya untuk memperoleh bukti empiris, dalam rangka mengumpulkan
informasi yang sifatnya faktual. Lewat pengamatan didapatlah fakta,
selanjutnya dengan menggolong-golongkan fakta sejenis,
membanding-bandingkan dan menghubungkan berbagai fakta; kegiatan ini
dalam rangka menguji dugaan atau ramalan yang telah diajukan. Apabila
ternyata ramalan yang diajukan didukung oleh fakta yang dikumpulkan,
artinya ramalan yan diajukan tersebut cocok dengan realitas atau
kenyataan. Hal inilah yang menjadi fokus dalam memperoleh kebenaan
ilmiah.
Sikap
ilmiah dan proses ilmiah menyatu dalam terapannya, artinya antara
metode ilmiah dan sikap ilmiah tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sikap ilmiah mencakup kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, objektif,
hasrat ingin tahu, rendah hati, jujur, kemauan untuk mempertimbangkan
fakta baru, pendekatan positif terhadap kegagalan, terbuka, teliti dan
sebagainya. Dalam upaya menjelaskan fakta alamiah yang seringkali
merupakan bentuk rahasia alam tindakan para ilmuwan selalu dilandasi
pada sikap seperti dijelaskan di depan. Selanjutnya proses ilmiah atau
seringali disebut metode ilmiah merupakan cara khusus dalam memecahkan
masalah. cara khusus ini meliputi langkah identifikasi masalah,
membatasi masalah, merumuskan masalah secara spesifik, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, menyimpulkan, ekstrapolasi
dan membuat sintesis dan evaluasi dan sebagainya. Hasil temuan lewat
proses ilmiah dan menggunakan sikap ilmiah secara akurat ini pada
akhirnya diperoleh produk ilmiah. Produk ilmiah dalam IPA dapat berupa fakta, data, konsep, teori, hukum dan prinsip
a. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah
adalah hasil serapan indera atau instuisi terhadap pengalaman hidup
sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya
sehingga tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya
pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat
tertentu, keampuhan pusaka, manfaat air cucian benda pusaka untuk
menyembuhkan penyakit, dll. Pengetahuan pra ilmiah adalah hasil serapan indera dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut
dengan menggunakan metode tertentu. Misalnya pengetahuan orang tentang
manfaat larutan tepung kanji untuk mengobati gejala maag atau iritasi
lambung. Pengetahuan ini selanjutnya dapat dibuktikan kebenarannya dengan di teliti dan diuji di laboratorium.
Oleh
karena hasil serapan panca indera dan cakupan pengalaman manusia itu
sedemikian luas dan beraneka ragam, maka pengetahuan manusia juga
demikian. Oleh karena itu agar pengetahuan bisa menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, lebih rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode-metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu. Korehen, berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten).
Ada juga yang mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan adalah
kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari
sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang
teratur. Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut research atau penelitian. Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode tertentu, yang disebut dengan metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan, antara lain atas :
1. Ilmu Pengetahuan fisis-kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini diperoleh melalui
proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris.
Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi,
sosiologi, dll.
2. Ilmu pengetahuan formal-kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dll.
3. Ilmu pengetahuan metafisis-substansial,
sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh
dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi,
penilaian kritis, logis/rasional) dengan mencari hakekat, prinsip yang
melandasi keberadaan seluruh kenyataan.
b. Sifat Ilmu Pengetahuan
1. Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
2. Obyektif dalam
ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada
suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut
obyektif mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian
secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
3. Andal
yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang
ditentukan dengan hasil yang dapat diandalkan. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.
4. Metodis.
Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan
dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah.
Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
5. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu.
6. Korehen,
atau akumulatif berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu
merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Ilmu
pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul
sedikit demi sedikit. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal,
tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan
bersifat dinamis dan terbuka.
LAKUKAN :
1. Kegiatan Individu
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, berikan catatlah apa saja yang termasuk pengetahuan non-ilmiah dan apasaja yang termasuk pengetahuan pra-ilmiah, dalam bentuk tabel berikut ini!
No.
|
Pengetahuan Non-Ilmiah
|
Pengetahuan Non-Ilmiah
|
2. Kegiatan Kelompok
Diskusikan dengan teman sekelasmu, apakah astrologi termasuk ilmu pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan non-ilmiah?
B. Metode ilmiah dan Penelitian
1. Metode Ilmiah
Para ilmuwan bekerja menggunakan suatu metode yang dikenal dengan metode ilmiah. Istilah metode, dari methodos
(Yunani) berarti cara atau jalan. Metode berhubungan dengan cara kerja,
yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan. Dalam arti yang luas, istilah metodologi menunjuk kepada proses, prinsip, serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawab atas masalah tersebut. Jadi metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
a. Sikap Ilmiah
Metode
ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah, merupakan sikap yang
semastinya dimiliki oleh setiap peneliti dan ilmuwan agar hasil
penelitiannya berkualitas dan memiliki derajat keilmiahan yang tinggi.
Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1. Rasa
ingin tahu, yaitu rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang terdapat
disekitar kita yang diikuti dengan meneliti obyek-obyek tersebut.
2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada).
3. Obyektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi).
4. Tekun (tidak putus asa).
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan).
6. Terbuka menerima pendapat yang benar dari orang lain.
7. Rendah hati, lapang dada, toleran, sabar dsb
b. Ketrampilan Kerja Ilmiah
Berbagai kemampuan kerja ilmiah yang harus kita miliki antara lain:
1. Pengamatan (observasi).
Ketrampilan mengamati merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
permasalahan yang harus kita pecahkan maupun menjawab masalah yang akan
dipecahkan.
2. Pengelompokan
(klasifikasi). Untuk mempermudah dalam mengenali obyek atau data hasil
pengamatan, kita harus memiliki ketrampilan mengelompokkan.
3. Komunikasi dan Penafsiran.
Komunikasi membutuhkan kemampuan untuk menangkap informasi dari buah
pikiran orang, baik lisan maupun tulisan, dan menyampaikan kepada orang
lain dalam bentuk berbagai media.
4. Bertanya. Bertanya merupakan kegiatan untuk meminta keterangan atau penjelasan tentang sesuatu.
5. Merencanakan. Berhasil tidaknya suatu percobaan/ penelitian sangat ditentukan oleh perencanaan.
2. Penelitian
Penelitian adalah istilah Indonesia yang merupakan terjemahan dari kosakata research (bhs Inggris), yang diindonesiakan dengan riset. Re bermakna kembali, sedangkan search bermakna mencari. Research secara literal berarti mencari kembali.
Menurut
kamus Webster`s New International: Penelitian adalah penyelidikan yang
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu
penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut Hillway
(1956), penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang
melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Jika menghadapi masalah (sebagai stimuli) maka kita akan melakukan suatu tindakan tertentu (sebagai respon) melalui suatu penalaran (logika) tertentu. Stimuli
akan ditangkap melalui pancaindera dan diteruskan ke otak kemudian
dinalar sesuai dengan pengetahuan yang telah ada atau dimiliki untuk
menentukan pemecahannya, selanjutnya diperintahkan ke organ tubuh untuk
melakukan respon berupa tindakan dalam rangka menjawab stimuli. Jika
belum berhasil proses ini akan berulang terus hingga mendapatkan
tindakan yang sesuai. Prosedur stimuli dan respon ini memiliki tiga
ciri, yaitu; sistematis, logis, dan empiris.
Prosedur atau mekanisme ini merupakan acuan dasar dari metode ilmiah.
Jika prosedur tersebut digunakan untuk memecahkan masalah maka prosedur
tersebut dinamakan penelitian ilmiah.
a. Sifat Penelitian Ilmiah
Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah yaitu:
- Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar. Dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
- Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bilamana dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Oleh karenanya pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
- Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indera) atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai bahan penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu:
a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c. Hal-hal empirik tidak bisa timbul secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
- Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus dapat diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama, bilamana dilakukan dengan metode, kriteria dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif maka penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
b. Siklus Penelitian
Untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam memecahkan masalah, penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan langkah-langkah tertentu yang teratur. Penelitian juga merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
Penelitian
dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti.
Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk
mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan
identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian
selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu
dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari
taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti
sendiri, dan lain-lain. Substansi permasalahan diidentifisikasikan
dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung
didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini,
memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara
eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa
tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan
mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk
mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah atau Hipotesis
Setelah
menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai
menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan
pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Perumusan masalah dapat
dilakukan dengan pembuatan model. Biasanya dibuat dengan cara membentuk
kalimat tanya atau pertanyaan dari masalah yang kita hadapi. Hipotesis
juga merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan
adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan
atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas
dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan
memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah
penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan
menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak
relevan. Dengan catatan, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Penelitian
dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek
penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran
pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan
penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan
dimana hal itu dilakukan.
Rancangan
penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam
penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode
dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi
rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan
rancangan penelitian.
Data
penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah
ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan
atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan
pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
Data
yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan
secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian
yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi
argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam
penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada
hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak
hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk
hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai
lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
Setiap
kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data
yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan
peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara
sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian.
Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti
jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
.
LAKUKAN : Kegiatan Individu
Coba
lakukan kegiatan identifikasi masalah, sehingga Anda bisa mendapatkan
topik atau masalah yang layak untuk diteliti. Usahakan obyek penelitian
Anda nanti khusus pada gejala alam biotik.
No.
|
Obyek Biotik
|
Masalah yang mungkin
|
1.
|
Hewan
|
Pada
musim penghujan tahun lalu ada tanah kosong yang tergenang air.
Setiap mulai senja hari ditempat itu ramai dengan suara kodok. Pada
musim hujan tahun ini keramaian suara kodok tidak ada. Padahal air di
tempat yang sama juga masih menggenang. Apa penyebabnya ?
|
2.
|
Tanaman
|
Pohon jati selalu menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Rumusan masalah: (Mengapa pohon jati menggugurkan daunnya pada musim kemarau?)
Hipotesis: pohon jati menggugurkan daunnya dimusim kemarau untuk mengurangi penguapan.
Pembuktian hipotesis: melakukan penelitian/percobaan
Langkah 2, penelitian (Pembelajaran 3).
|
3.
|
...................
|
....................
|
Sumber : http://ipasmk.blogspot.co.id/p/materi-ajar-ipa-smk-x.html
0 komentar:
Posting Komentar