Pages

Labels

Minggu, 04 September 2016

Materi IPA SMK X

Pembelajaran I

ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH

Standar Kompetensi : Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan          
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik

Tujuan Pembelajaran:
1.      Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat  menjelaskan pengertian pengetahuan, ilmu pengetahuan dan penelitian dengan benar.
2.      Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah metode ilmiah dengan benar.
3.      Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan memberikan contoh langkah-langkah metode ilmiah dengan benar.

A. Pengetahuan dan  Ilmu Pengetahuan. 
Peristiwa alam merupakan peristiwa yang berulang setiap waktu, sehingga dengan memperhatikan keteraturan yang ada, manusia memulai memperhatikan gejala alam, melakukan pencatatan secara sistematis tentang apa yang telah terjadi, mengumpulkan catatan-catatan tentang gejala kebendaan dan gejala kejadian, mengelompokkan berbagai catatan tersebut ke dalam gejala yang sejenis, membedakan dan menghubungkan berbagai catatan peristiwa dan kejadian. Hasilnya antara lain pengetahuan manusia semakin hari menjadi semakin pesat perkembangannya.
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan serapan panca indera, dan diolah  oleh akal budi secara spontan. Dapat juga dikatakan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang dilihat, didengar, dikecap, dicium, diraba dan hadir dalam kesadaran kita. Jadi pengetahuan bersifat spontan, subyektif dan intuitif. Kemampuan ini merupakan milik setiap manusia sejak lahir.
Pengetahuan senantiasa mengandaikan adanya  subyek yang mengetahui, dan obyek yang diketahui hal ikhwalnya. Selain itu pengetahuan juga berkait erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian  antara  pengetahuan yang ada pada subyek dan realitas yang ada pada obyek. Karena itu bila  terjadi ketidaksesuaian antara apa yang diketahui  dengan realitas obyeknya, maka dikatakan terjadi ketidak benaran (kesalahan).
Sains berasal dari kata Scientia (bahasa Yunani) artinya ilmu pengetahuan. Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian scientia ini dianggap terlalu luas cakupannya, karena mencakup semua ilmu pengetahuan yang ada. Ilmu dapat didefinisikan sebagai hasil proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu Pengetahuan ialah  pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis dan koheren.
Sejalan dengan problema yang dihadapi manusia dan sesuai dengan karakteristik ilmu pengetahuan yang berkembang sampai saat ini, maka sains diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lahir dari olah karya budi manusia, yakni setelah manusia memanfaatkan kemampuan indera dan akalpikirannya. Olah karya budi merupakan aktivitas berpikir, bersikap dan pengembangan keterampilan. Aktivitas berpikir bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Lewat keterampilan menggunakan alat ukur, baik peralatan ukur yang canggih maupun tidak; manusia dapat memanfaatkan alat inderanya untuk mengoptimalkan kesadaran berpikir dalam mengamati, mengalami, menyelidiki gejala benda dan gejala kejadian. Seterusnya dengan menggunakan kemampuan olah pikir yang dimilikinya yakni dengan melakukan penggabungan antara hasil pengamatan indera dan penalarannya akan didapat pengetahuan yang mantap.
Dengan menggunakan kemampuan-kemampuan berpikir IPA, akan dapat dilakukan ramalan tentang gejala tersebut. Proses berulang dalam alam semesta ini dapat dipelajari yang pada akhirnya gejala dapat dijelaskan baik.
IPA (sains) mencakup beberapa pengertian mendasar yang berkaitan dengan olah karya budi manusia dalam mengungkap alam semesta. Pendapat Sund (1975) menyatakan bahwa : sains mencakup tiga aspek yang terpadu yakni (a) scientific attitudes (sikap ilmiah), (b). Scientific methods (metode ilmiah) dan (c). scientific product (produk ilmiah). Obyek IPA melibatkan konsepsi ilmiah tentang kenyataan alamiah.
Sistematika sains (IPA) ditekankan pada masalah yang pada umumnya dapat dikerjakan oleh manusia. Dalam hal ini ilmu pengetahuan alam harus dapat diurutkan dan dipetakan (mapping) ke dalam hal yang lebih detail (rinci). Di samping itu ilmu pengetahuan alam haruslah bertolak dari kenyataan alamiah. Dengan demikian, peran pengamatan, pengukuran, klasifikasi menjadi pembuka tabir bagi benda yang jauh dari tempat kita berada.
Pengamatan adalah upaya untuk memperoleh bukti empiris, dalam rangka mengumpulkan informasi yang sifatnya faktual. Lewat pengamatan didapatlah fakta, selanjutnya dengan menggolong-golongkan fakta sejenis, membanding-bandingkan dan menghubungkan berbagai fakta; kegiatan ini dalam rangka menguji dugaan atau ramalan yang telah diajukan. Apabila ternyata ramalan yang diajukan didukung oleh fakta yang dikumpulkan, artinya ramalan yan diajukan tersebut cocok dengan realitas atau kenyataan. Hal inilah yang menjadi fokus dalam memperoleh kebenaan ilmiah.
Sikap ilmiah dan proses ilmiah menyatu dalam terapannya, artinya antara metode ilmiah dan sikap ilmiah tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sikap ilmiah mencakup kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, objektif, hasrat ingin tahu, rendah hati, jujur, kemauan untuk mempertimbangkan fakta baru, pendekatan positif terhadap kegagalan, terbuka, teliti dan sebagainya. Dalam upaya menjelaskan fakta alamiah yang seringkali merupakan bentuk rahasia alam tindakan para ilmuwan selalu dilandasi pada sikap seperti dijelaskan di depan. Selanjutnya proses ilmiah atau seringali disebut metode ilmiah merupakan cara khusus dalam memecahkan masalah. cara khusus ini meliputi langkah identifikasi masalah, membatasi masalah, merumuskan masalah secara spesifik, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, menyimpulkan, ekstrapolasi dan membuat sintesis dan evaluasi dan sebagainya. Hasil temuan lewat proses ilmiah dan menggunakan sikap ilmiah secara akurat ini pada akhirnya diperoleh produk ilmiah. Produk ilmiah dalam IPA dapat berupa fakta, data, konsep, teori, hukum dan prinsip
a. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan  non-ilmiah dan pengetahuan pra ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indera atau instuisi terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya sehingga tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, manfaat air cucian benda pusaka untuk menyembuhkan penyakit,  dll. Pengetahuan pra ilmiah adalah hasil serapan indera dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut dengan menggunakan metode tertentu. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat larutan tepung kanji untuk mengobati gejala maag atau iritasi lambung.  Pengetahuan ini selanjutnya dapat dibuktikan kebenarannya dengan di teliti dan diuji di laboratorium. 
Oleh karena hasil serapan panca indera dan cakupan pengalaman manusia itu sedemikian luas dan beraneka ragam, maka pengetahuan manusia juga demikian. Oleh karena itu agar pengetahuan  bisa menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, lebih rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah  pengetahuan menggunakan metode-metode tertentu, tidak  serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan  langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu. Korehen,  berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten).
Ada juga yang mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut  research atau penelitian. Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode tertentu, yang disebut dengan metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan, antara lain atas :
1.      Ilmu Pengetahuan fisis-kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris.  Pengetahuan ini  diperoleh  melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dll.
2.      Ilmu pengetahuan formal-kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh dengan  cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok  ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dll.
3.      Ilmu pengetahuan metafisis-substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis/rasional) dengan mencari hakekat, prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.

b. Sifat Ilmu Pengetahuan
1.      Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
2.      Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
3.      Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat diandalkan. Oleh karena itu ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.
4.      Metodis. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
5.      Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan  langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu.
6.      Korehen, atau akumulatif berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.

LAKUKAN :
1. Kegiatan Individu
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, berikan catatlah  apa saja yang termasuk pengetahuan non-ilmiah dan apasaja yang termasuk pengetahuan pra-ilmiah, dalam bentuk tabel berikut ini!
No.
Pengetahuan Non-Ilmiah
Pengetahuan Non-Ilmiah




































2. Kegiatan Kelompok
Diskusikan dengan teman sekelasmu, apakah astrologi termasuk ilmu pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan non-ilmiah?


B. Metode ilmiah dan Penelitian
1. Metode Ilmiah
Para ilmuwan bekerja menggunakan suatu metode yang dikenal dengan metode ilmiah. Istilah metode, dari methodos (Yunani) berarti cara atau jalan. Metode berhubungan dengan cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam arti yang luas, istilah metodologi menunjuk kepada proses, prinsip, serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawab atas masalah tersebut. Jadi metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

a. Sikap Ilmiah
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah, merupakan sikap yang semastinya dimiliki oleh setiap peneliti dan ilmuwan agar hasil penelitiannya berkualitas dan memiliki derajat keilmiahan yang tinggi. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud  adalah :
1.      Rasa ingin tahu, yaitu rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang terdapat disekitar kita yang diikuti dengan meneliti obyek-obyek tersebut.
2.      Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada).
3.      Obyektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi).
4.      Tekun (tidak putus asa).
5.      Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan).
6.      Terbuka menerima pendapat yang benar dari orang lain.
7.      Rendah hati, lapang dada, toleran, sabar dsb

b. Ketrampilan Kerja Ilmiah
Berbagai kemampuan kerja ilmiah yang harus kita miliki antara lain:
1. Pengamatan (observasi). Ketrampilan mengamati merupakan salah satu cara untuk mendapatkan permasalahan yang harus kita pecahkan maupun menjawab masalah yang akan dipecahkan.
2. Pengelompokan (klasifikasi). Untuk mempermudah dalam mengenali obyek atau data hasil pengamatan, kita harus memiliki ketrampilan mengelompokkan.
3. Komunikasi dan Penafsiran. Komunikasi membutuhkan kemampuan untuk menangkap informasi dari buah pikiran orang, baik lisan maupun tulisan, dan menyampaikan kepada orang lain dalam bentuk berbagai media.
4. Bertanya. Bertanya merupakan kegiatan untuk meminta keterangan atau penjelasan tentang sesuatu.
5. Merencanakan. Berhasil tidaknya suatu percobaan/ penelitian sangat ditentukan oleh perencanaan.

2. Penelitian
Penelitian adalah istilah Indonesia yang merupakan terjemahan dari kosakata research (bhs Inggris), yang diindonesiakan dengan riset. Re bermakna kembali,  sedangkan search bermakna mencari. Research secara literal berarti mencari kembali.
Menurut kamus Webster`s New International: Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut Hillway (1956), penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Jika menghadapi masalah (sebagai stimuli) maka kita akan melakukan suatu tindakan  tertentu (sebagai respon) melalui suatu penalaran (logika) tertentu.  Stimuli akan ditangkap melalui pancaindera dan diteruskan ke otak kemudian dinalar sesuai dengan pengetahuan yang telah ada atau dimiliki untuk menentukan pemecahannya, selanjutnya diperintahkan ke organ tubuh untuk melakukan respon berupa tindakan dalam rangka menjawab stimuli. Jika belum berhasil proses ini akan berulang terus hingga mendapatkan tindakan yang sesuai. Prosedur stimuli dan respon ini memiliki tiga ciri, yaitu; sistematis, logis, dan empiris. Prosedur atau mekanisme ini merupakan acuan dasar dari metode ilmiah. Jika prosedur tersebut digunakan untuk memecahkan masalah maka prosedur tersebut dinamakan penelitian ilmiah.

a. Sifat Penelitian Ilmiah
Umumnya ada empat karakteristik  penelitian ilmiah yaitu:
  1. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar. Dari yang mudah  dan sederhana sampai yang kompleks.
  2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bilamana dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Oleh karenanya  pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
  3. Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan  pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indera) atau melalui  hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai bahan penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu:
a.       Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b.      Hal-hal empirik  selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c.       Hal-hal empirik tidak bisa timbul secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
  1. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus dapat diuji kembali oleh peneliti  lain dan harus memberikan hasil yang sama, bilamana dilakukan dengan metode, kriteria dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif maka penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
 b. Siklus Penelitian
Untuk mencapai hasil yang diharapkan  dalam memecahkan masalah, penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan langkah-langkah tertentu yang teratur. Penelitian juga merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus. 
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1.      Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Substansi permasalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2.      Perumusan masalah atau Hipotesis
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Biasanya dibuat dengan cara membentuk kalimat tanya atau pertanyaan dari masalah yang kita hadapi.  Hipotesis juga merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Dengan catatan, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
3.      Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4.      Rancangan penelitian
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5.      Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6.      Pengolahan data
Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7.      Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
.

LAKUKAN : Kegiatan Individu
Coba lakukan kegiatan identifikasi masalah, sehingga Anda bisa mendapatkan topik atau masalah yang layak untuk diteliti. Usahakan obyek penelitian Anda nanti khusus pada gejala alam biotik.
No.
Obyek Biotik
Masalah yang mungkin
1.
Hewan
Pada musim penghujan tahun lalu ada tanah kosong yang tergenang air. Setiap mulai senja hari ditempat itu ramai dengan suara kodok. Pada musim hujan tahun ini keramaian suara kodok tidak ada. Padahal air di tempat yang sama juga masih menggenang. Apa penyebabnya ?
2.

Tanaman

Pohon jati selalu menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Rumusan masalah: (Mengapa pohon jati menggugurkan daunnya pada musim kemarau?)
Hipotesis: pohon jati menggugurkan daunnya dimusim kemarau untuk mengurangi penguapan.
Pembuktian hipotesis: melakukan penelitian/percobaan
Langkah 2, penelitian (Pembelajaran 3).

3.
...................
....................


Sumber : http://ipasmk.blogspot.co.id/p/materi-ajar-ipa-smk-x.html

0 komentar:

Posting Komentar