STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT
· Pengertian
Dalam sosiologi
berbicara mengenai struktur social maka sesungguhnya kita berbicara mengenai
sesuatu yang saling bergantung dan membentuk suatu pola tertentu yang terdiri
atas pola perilaku individu , institusi maupun masyarakat secara luas.
1.
George C. Hombas Menyatakan struktur social dengan
perilaku social elementer dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Gerhard
Lenshi berbicara mengenai struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecendrungan
panjang yang menandai sejarah
3.
Talcorr
Parcons, menyatakan bahwa struktur social adalah keterkaitan antar
manusia
4.
Korablum,
menekankan konsep struktur social pada pol perilaku individu dan kelompok,
yaitu pola prilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan
antar kelompok dalam masyarakat
Dari beberapa
pendapat di atas , dapat disampaikan bahwa struktur social adalah cara
bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat
diperbaiki melalui pola perilaku berulang-ulang antar individu dan antar
kelompok dalam masyarakat sebagai berikut struktur social melalui 4 elemen
dasar yaitu :
a.
Status social
Status social
merupakan kedudukan atau posisi social seseorang dalam kelompok masyarakat,
meliputi keseluruhan posisi social yang terdapat dalam suatu kelompok besar
masyarakat , dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
Status social terdiri dari :
ü
Ascribed
Status , status yang diberikan kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang
bakat dan karakteristik umur orang tersebut.
ü
Achieved
status, status yang didapat melalui usaha-usaha sendiri seperti bersekolah ,
mempelajari keterampilan, berteman , menciptakan sesuatu.
ü
Assigned
Status , status yang di berikan karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk
masyarakat.
b.
Peran social
Peran social
merupakan komponen penting dalam struktur social. Peran memberikan sumbangan
pada stabilitas masyarakat dengan cara memampukan tindakan-tindakan mereka
sendiri.
c. Kelompok
Kelompok
merupakan sejumlah orang-orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan
harapan yang sama , serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi.
Kelompok memainkan peran yang sangat penting dalama struktur social masyarakat
karena sebagian besar interaksi social kita berlangsung dalam kelompok dan
dipengaruhi norma-norma dan sanksi yang ada dalam kelompok.
d. Institusi
Institusi
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tertentu melalui institusi social, terlihat
struktur dalam masyarakat institusi social seperti keluarga , agama , penyuluh
merupakan aspek fundamental dari struktur social.
· Fungsi Struktur Social
a)
Struktur
social sebagi pengawas social , yakni sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan
pelanggaran terhadap norma , nilai dan peraturan kelompok atau masyarakat
b)
Struktur
social sebagai dasar untuk menanamkan suatu displin social kelompok atau
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh struktur social memang berasal dari
kelompok atau masyarakat itu sendiri.
c)
Struktur
social sebuah proses pembiasaan.
- Bentuk struktur social
1.
Intersected social struktur : Dikatakan intersected
apabila keanggotaan dalam kelompok-kelompok social yang da bersifat menyilang.
Artinya keanggotaan dalam kelompok social tersebut memiliki latar belakang ras,
suku bangsa , ataupun agama yang berbeda-beda.
2.
Consolidated social struktur : Dikatakan consolidated
jika terjadi tumpang tindih parameter dan mengakibatkan penguatan identitas
keanggotaan dalam sebuah kelompok social.
KONFLIK
SOSIAL
1. PENGERTIAN KONFLIK
Penegrtian
konflik yang paling sederhana adalah “salaing memukul”. Tetapi definisi yang
sedrhana itu tentu belum memadai , karena konflik tidak saja tamapk sebagai
pertentangan fisik semata. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses social antara dua rang atau lebih yang erusaha menyingkirkan pihak
lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
2.
Factor-faktor atau akar-akar penyebab suatu konflik social
Jenis konflik cukup banyak, mulai dari perang terbuka ,
revoluis , pemogokan buruh , kerusuhan rasial , sampai dengan perkelahian
antarinidvidu. Para sosiolog samapi sekarang masih menacari penyebab-penyebab
konflik secar umum, pola-pola eskalasinya, cara penyelasaiannya dan berbagai
konsekuensi yang ditimbulkan.
- Factor-faktor yang dapat memicu terjadinya konflik antara lain :
a.
Perbedaan individu
Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi factor
penyebab konflik social, sebab dalam menjalani hubungan social , seseorang
tidak selalu berjalan dengan kelompoknya.
b.
Perbedaan latar belakang kebudayaan
Tentu
kamu masih ingat bahwa dalam menjalani hubungan sosialnya , seseoang akan
dipengaruhi oleh pola-pola pemikiran kelompoknya. Orang dibesarkan dalam
lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang diasuh dengan pola latihan
kemandirian yang akn mendorong seseorang menjadi berani dalam mengambil
tindakan, bertanggung jawab , kritis tetapi agak individualis. Ada pula yang
diasuh dalam lingkungan kebudayaan yang menerapkan pola ketergantungan. Dalam
hal ini , seseorang akan cenderung bersifat kurang mandiri , menghargai orang
lain , bersahabat dan tidak inidividualis.
c.
Perbedaan kepentingan
Manusia
memiliki perasaan , pendirian , maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu dlam waktu yang bersamaan , masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berda-beda. Kadang-kadang orang dpaat
melakukan hal yang sama , tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat
Sebagaimana
telah diketahui bahwa perubahan nilai terjadi disetiap masyarakat. Artinya
nilai-nilai social , baik nilai kebenaran , kesopanan , maupun nilai material
dari suatu benda mengalami perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan
wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berkangsung cepat atau bahkan
mendadak, akan menyebabkan konflik social , misalnya pada masyarakat pedesaan
yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik
social sebab nilai-nilai lama pada masyrakat tradisional yang biasanya bercorak
pertanian cesara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyaraklat industry.
Menurut
De Moor, dalam suatu system social hanya dapat dikatakan terdapat konflik jika
para penghuni system tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan-tujuan
yang bertentangan dan terjadi secara besar-besaran. Mengenai pembagian konflik
social dalam masyarakat , Dahrendorf membedakan konflik menjadi empat macam ,
yaitu sebagi berikut :
a. Konflik
antara atau dalam peran social , misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga
atau profesi
b. Konflik
antara kelompok-kelompok social
c. Konflik
antara kelompok-kelompok yang terorganisisr dan tidak terorganisir
d. Konflik
antara satuan nasional , misalnya antara partai politik , antara negar-negara
atau antara organisasi-organisasi internasional
Situasi-situasi oemicu konflik.
Konflik yang terjadi di antara individu dalam menjalankan interaksinya banyak
dibahs dalam studi psikolog social. Saalh satunya dikemukakan oleh Ursula Lehr.
Menurut ilmuwan ini , kemungkinan-kemungkinan situasi yang dapat menimbulkan
konflik adalah sebagai berikut :
a. Konflik
dengan orang tua sendiri
b. Konflik
dengan anak-anak sendiri
c. Konflik
dengan sanak keluarga
d. Konflik
dengan orang lain
e. Konflik
dengan suami atau istri
f. Konflik
di sekolah
g. Konflik
dalam pemilihan pekerjaan
h. Konflik
agama
i.
Konflik pribadi
- Suatu konflik tidak selalu mendatangkan sisi negatif , tetapi kadang-kadang mendatangkan sesuatu yang positif. Segi positif dari suatu konflik adalah sebagai berikut :
a. Memperjelas
aspek-aspek kehidupan yang belum jelas
b. Memungkinkan
adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan social
dalam kelompok bersangkutan sesuai kebutuhan individu atau
kelompok
c. Merupakan
jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu atau kelompok
d. Dapat
membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma yang
baru
e. Dapat
berfungsi sebagi saran untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat
- Hasil atau akibat-akibat dari suatu konflik social adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan
solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan
kelompok lain
b. Keretakan
hubungan antarindividu
c. Perubahan
kepribadian individu
d. Kerusakan
harta benda dan bahkan hilangnya nyawa manusia
e. Akomodasi,
dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian
- BENTUK-BENTUK KONFLIK
1. BERDASARKAN SIFATNYA
a.
Konflik destruktif , merupakan konflik yang
mengakibatkan benturan fisik yang membawa kerugian jiwa dan harta benda.
Konflik ini muncul karena rasa benci satu kelompok terhadap kelompok lain.
b.
Konflik fungsional, merupakan konflik yang menghasilkan
perubahan atau consensus baru yang bermuara pada perbaikan. Konflik jenis ini
berasal dari perbedaan antara dua kelompok tentang suatu masalah yang sama-sama
mereka hadapi.
2. BERDASARKAN AKAR PERMASALAHANNYA
a.
Konflik agama
Salah
satu factor utama pemicu konflik di masyarakat adalah masalah agama arau
prinsip keagamaan.
b.
Konflik ideology
Ideology
sebagai sebuah produk pemikiran social dapat digunakan sebagai alat pendorong
sekumpulan manusia untuk mencapai cita-citanya. Namun sering kali istilah
ideology ditafsirkan sebagai sesuatu yang negative karena mengandung unsure
kefanatikan buta.
c.
Konflik politik
Konflik
politik sebagai sesuatu yang menarik untuk dibahas karena permasalahan ini
sebagai hal yang paling komplek di antara jenis-jenis yang lain.
d.
Konflik ekonomi
Perubahan-perubahan
besar dalam sejarah peradaban umat manusia, terutama setelah munculnya jaman
renaissance di Eropa, selalu menunjukkan pengaruh factor ekonomi. Karenannya ,
berbagai peristiwa besar yang menggerakkkan manusia dalam jumlah besar tidak
pernah lepas dari persoalan kepentingan ekonomi. Imperialisme dan kolonialisme
dari bangsa-bangsa eropa factor pendorong utamnya adalah alasan ekonomi.
e.
Konflik SARA
Sebagai
gejala konflik , konflik akan selalu muncul pada setiap masyarakat karena
antagonism atau perbedaan yang menjadi cirri dan penunjang terbentuknya
masyarakat. Perbedaan-perbedaan social tidak mungkin dihindari karena adanya
kelompok lapisan atas disebabkan terdapatnya fakta adanya lapisan bawah.
- FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA KERUSUHAN SOCIAL YANG DISEBABKAN OLEH SARA ADALAH :
1. Dinamika
social ,ekonomi , budaya dan politik suatu daerah mempunyai potensi bagi
terjadinya ketegangan social atau konflik
2. Perimbangan
kekuatan-kekuatan social seperti suku , agama , ras dan antargolongan yang
hampir sama merupakan akar utama penyebab terjadinya kerusuhan
3. Daerah
dengan perimbangan antara penduduk asli dan pendatang yang timpang dilihat dari
penguasaan aset ekonomi maupun politik, akan berpotensi munculnya konflik SARA
4. Pola
pemukiman penduduk yang heterogen dapat menjadi sumber konflik
5. Adanya
factor-faktor akselerator terjadinya konflik
f.
Konflik Sumber Daya Alam
Dalam beberapa tahhun terakhir ini fenomenna konflik sumber
daya alam mencuat ke permukaan secara terbuka. Konflik itu tidak hanya terjadi
dalam kegiatan ekspolitasi sumber daya alam yang tergolong “tidak dapat
diperbaharui” seperti minyak dan mineral , tetapi juga yang tergolong “dapat
diperbaharui”. Konflik sumber daya alam yang selama ini terjadi telah
menimbulkan kerusakan fisik , merugikan materi dan menyisakan tuntutab
yang tidak mudah dipenuhi , seperti permintaan agar kawasan eksploitasi sumber
daya alam dikembalikan kepada masyarakat.
g.
Konflik lingkungan hidup
Salah
satu aset yang lazim ditempatkan sebagai bagian penting daam proses pembangunan
adalah modal alam. Akumulasi aset ini ditambah dengan modal fisik bangunan ,
modal manusia , dan modal social sangat menentukan dampak jangka panjang
terhadap peningkatan kesejahtraan masyarakat. Upaya melindungi fungsi
sumber sangat diperlukan karena memiliki kntribusi yang berharga bagi kehidupan
masyarakat. Kerusakan fungsi sumber tentu saja akan menjadi malapetaka bagi
kehidupan. Lingkungan yang tak terkontrol bukan saja berbahaya bagi kesehatan ,
tetapi juga akan mengganggu berbagai macam aktivitas social.
MOBILITAS
SOSIAL
Mobilitas
Sosial adalah perubahan , pergeseran , peningkatan, ataupun
penurunan status dan peran anggotanya. Menurut Horton , mobilitas social adalah
suatu gerak perpin dahan dari satu kelas social ke kelas social yang lainnya
atau gerak pindah dari strata yang lainnya. Semenatra menurut Kimball
Young dan Raymond W.Mack , mobilitas social adalah suatu gerak dalam struktur
social yaitu pola-pola tertentu yang mnegatur organisasi suatu
kelompok social. Struktur social mencakup sifat hubungan antara individu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
1.
Cara untuk melakukan mobilitas social
Secara
umum , cara orang untuk melakukan mobilitas social ke atas adalah sangat
beragam, diantaranya adalah sebagi berikut :
a.
Perubahan standar hidup
Kenaikan
penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis, melainkan akan
merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan
mempengaruhi peningkatan status.
b.
Perkawinan
Perkawinan
pada umumnya bertujuan untuk memnuj=hi kebutuhan seksual dan melanjutkan
keturunan. Namun secara sosiologis pada umunya perkawinan juga bertujuan
untuk meningkatkan status social yang lebih tinggi dari mannusia yang
bersangkutan, namun demikian tidak smeua individu memiliki pandangan
tersebut.
c.
Perubahan tempat tinggal
Untuk
meningkatkan status social, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari
tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara
merekonstruksi tempat tinggal nya yang lama menjadi lebih megah , indah
dan mewah.
d.
Perubahan tingkah laku
Untuk
mendapatkan status social yang tinggi , orang berusaha
menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah
laku kleas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelas. Bukan hanya
tingkah laku , tetpai juga pakaian, ucapan , minat , dan sebagainya.
e.
Perubahan nama
Dalam
suatu masyrakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi social tertentu.
Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi
social yang lebih tinggi.
2.
Factor penghambat mobilitas social
Ada
beberapa factor penting yang justru menghambat mobilitas social .
Factor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
a.
Perbedaan kelas rasial
Seperti
yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit uputih
berkuasa dan tidak member kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk
dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai
penguasa. System ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika
Nelson Mandela, seorang kulit hitam terpilih menjadi presiden
Afrika Selatan.
b.
Agama
Seperti
yang terjadi di india yang mneggunakan system kasta, menjadikan agama sebagai
penghambat terjadinya mobilitas social. Hal ini dikarenakan tidak
diperkenankannya terjadi interaksi antara manusia yang berbeda kasta.
c.
Diskriminasi kelas
Diskriminasi
dalam system kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas, hal ini
terbukti dengan adanay pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai
syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
d.
Kemiskinan
Kemiskinan
bilamana keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pkok warga Negara dalam jumlah
sukuo dan memadai , dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang
dan mencapai suatu social tertentu.
e.
Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan
jenis kelamin dalam masyrakat juga berpengaruh terhadap prestasi , kekuasaan ,
status social, dan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
3.
Beberapa bentuk mobilitas social
a.
Mobilitas social horizontal
Mobilitas
horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek social lainnya dari
suatu kelompok social ke kelompok social lainnya yang
sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
b.
Mobilitas social vertical
Mobilitas social vertical adalah perpindahan individu atau obyek-obyek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan social lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas social vertical dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertical ke atas dan mobilitas social vertical ke bawah
Mobilitas social vertical adalah perpindahan individu atau obyek-obyek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan social lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas social vertical dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertical ke atas dan mobilitas social vertical ke bawah
A,
Mobilitas vertical ke atas ( Sosial Climbing)
Mobilitas
vertical ke atas mempunyai dua bentuk yang utama, yaitu (1) Masuk ke
dalam kedudukan yang lebih tinggi , yaitu masuknya
individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah kedalam kedudukan
yang lebih tinggi, dimana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
(2) Membentuk kelompok baru yaitu pembentukan suatu kelompok baru yang
memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya , misalnya dengan
mengangkat diri menjadi ketua organisasi.
B.
Mobilitas vertical ke bawah ( Sosial Sinking)
Mobilitas
vertical ke bawah mempunyai dua bentuk utama yaitu turunnya kedudukan dan
turunnya derajat kelompok. Turunnya kedudukan bilamana kedudukan individu turun
ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Turunnya derajat kelompok. Derajat
sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan.
c.
Mobilitas antargenerasi
Mobilitas
antar generasi umunya berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya
generasi ayah-ibu,generasi anak,generasi cucu dan seterusnya. Mobilitas ini
ditandai dengan perkembangan taraf hidup,baik naik maupun turun dalam
suatu generasi. Penekannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri,
melainkan pada perpindahan status social suatu generasi ke generasi
lainnya.
d.
Mobilitas intra generasi
Mobilitas
intra generasi adalah mobilitas yang terjadi didalam satu kelompok
generasi yang sama. Contoh : pak Amin adalah seotang buruh. Ia memiliki anak
yang bernama Endra yang menjadi tukang becak . KEmudian istrinya melahirkan
anak yang kedua yang diberi nama Riki yang awalnya menjadi tukang becak juga.
Tetapi Riki lebih beruntung sehingga bisa mengubah statusnya menjadi seorang
pengusaha becak , sementara Endra tetap menjadi tukang becak . perbedaan status
social antara ENdra dengan adiknya disebut mobilitas intragenerasi.
e.
Gerak social geografis
Gerak
social ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah
yang lain seperti transmigrasi , urbanisasi,dan migrasi.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas social
Mobilitas
social dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a.
Perubahan kondisi social
Struktur
kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari
dalam dan dari luar masyarakat . Misalnya kemajuan teknolohi membuka
kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideology dapat menimbulkan
stratifikasi baru
b.
Ekspansi territorial dan gerak populasi
Ekspansi territorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas social , misalnya perkembangan kota , transmigrasi , bertambahnya dan berkurangnya penduduk.
Ekspansi territorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas social , misalnya perkembangan kota , transmigrasi , bertambahnya dan berkurangnya penduduk.
c.
Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi
yang menbatasi komunikasi antar strata yang beraneka ragam memperkokoh garis
pembatas diantara strata yang ada dalam pertukaran pengertahuan dan pengalaman
di antara mereka dan akan menghalangi mobilitas social. Sebaliknya , pendidikan
dan komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua batas garis dari
strata social yang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan
yang menghadang.
d.
Pembagian kerja
Besarnya
kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja
yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispesialisasikan ,
maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu
strata ke strata yang lain kare spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan
khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar
dpaat menempati staus social.
5.
Saluran-saluran mobilitas social
a.
Angkatan bersenjata
Angkatan
bersenjata apapun namanya di suatu Negara merupakan salah satu saluran mobilitas
social. Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk
saluran mobilitas vertical ke atas mellaui tahapan yang disebut kenaikan
pangkat.
b.
Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga
keagamaan dapat mengangkat staus social seseorang, misalnya yang berjasa dalam
perkembangan Agama seperti Kyai, Santri , Uztad , Biksu , Pendeta dan lain
sebagainya
c.
Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga
pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkrit dari mobilitas vertical
ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan
yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan
pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
d.
Organisasi politik
Seperti
angkatan bersenjata organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan
berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi , sehingga status
sosialnya meningkat.
e.
Organisasi ekonomi
Organisasi
ekonomi dapat meningkatkan tingkat pendapatan sseorang. Semakin besar
prestasinya , maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya
pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya
bertambah pula. Dan karena kekayaannya bertambah , status sosialnya di masyarakat
meningkat.
f.
Organisasi keahlian
Orang
yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan kepada kelompok pasti
statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa. Keterlibatan
seseorang dalam suatu kelompok organisasi profesi atau keahlian mendorong yang
bersangkutan mengalami perubahan social.
g.
Perkawinan
Sebuah
perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seseorang yang menikah dengan
orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh
pasangannya. Demikian halnya bila sebaliknya. Oleh karena itu , banyak
ditemukan dlama masyarakat perkawinan yang tidak didasarkan rasa cinta kedua
belah pihak tetapi didasakan upaya peningktan status social masing-masing
pihak.
6.
Dampak mobilitas social
Gejala
naik turunnya status social tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu
terhadap struktur social masyrakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian
mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini data berbentuk konflik. Ada berbagai
macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya
mobilitas :
a.
Konflik antar kelas
Dalam
masyarakat , terdapat lapisan-lapisan social karena ukuran-ukuran seperti
kekayaan,kekuasaan dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut
kelas social, apabila terjadi perbedaan kepentingan antar kelas-kelas social
yang ada di masyarakat dalam mobilitas social maka akan muncul konflik
antarkelas. Contohnya demostrasi buruh yang menuntut kenaikan upah,
menggambarkan konflik antar kelas buruh dengan pengusaha
b.
Konflik antarkelompok social
Di
dlaam masyarakat terdapat pula kelompok social yang beraneka ragam. Diantaranya
kelompok social berdasarkan ideology, profesi , agama , suku , dan ras. Bila
salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain , maka akan timbul
konflik. Contohnya tawuran pelajar, perang antar kampong , perang antar suku ,
perang antar geng dan lainnya.
c.
Konflik antar generasi
Konflik
antargenerasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama
dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan. Contoh : Pergaulan bebas
yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan
dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
d.
Penyesuaian kembali
Setiap
konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak
yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan
kelompoknya, maka akn timbul penyelesaian kembali yang didasari oleh adanya
rasa toleransi kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa
saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut akomodasi.
e.
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena
adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau
bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Contohnya seorang
anak miskin berusaha belajar dengan giat, agar mendapatkan kekayaan dimasa
depan.
f.
Mobilitas social akan lebih mempercepat tingkat perubahan social masyarakat
kearah yang lebih baik.Moilitas social yang terjadi pada masyarakat bisa
mengakibatkan munculnya perubahan menuju yang lebih baik pada masyarakat.
BAGIAN 2
Materi IPS Kelas XII
POLA
PENYELESAIAN KONFLIK
Konflik
dapat berpengaruh positif atau negative dan selalu ada dalam kehidupan. Oleh
karena itu konflik hendaknya tidak serta merta harus di tiadakan. Persoalannya
. bagaimana konflik itu bias di management sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan disentregrasi social. Cribbin (1985) , mengelaborasi tegadap tiga
hal , yaitu mulai yang cara yang tidak efektif , yang efektif , dan
yang paling efektif. Menurutnya , strategi yang di pandang paling tidak efektif
, misalnya di tempuh cara :
1.
Dengan paksaan strategi ini umumnya
tidak disukai oleh kebnyakan orang . dengan paksaan , mungkin konflik bias di
selesaikan dengan cepat , namun bias menimbulkan reaksi kemarahan atau
reaksi negative lainnya.
2.
Dengan penundaan. Cara ini
bisa berakibat penyelesaian konflik sampai belarut-larut .
3.
Dengan bujukan . bisa berakibat
pisikologis , orang akan kebal dengan bujukan sehingga perselihan akan semakin
tajam
4.
Dengan koalisi yaitu suatu bentuk
persekutuan untuk mengendalikan konflik . akan tetapi strategi ini bisa
memaksakan orang untuk memihak , yang pada gilirannya bisa menambah kadar
konflik-konflik sebuah “perang”
5.
Dengan tawar-menawar distribusi.
Strategi ini sering tidak menyelesaikan masalah karena masing-masing
pihak saling melepaskan beberapa penting yang menjadi haknya , dan jika terjadi
konflik mereka merasa menjadi korban konflik.
- Strategi yang dipandang lebih efektif , dalam pengelolaan konflik meliputi :
1.
Koesitensi damai yaitu mengendalikan
konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan saling merugikan denga n
menetapkan peraturan yang mengacu pada perdamaian serta di tetapkan secara
tetap dan konsekuen.
2.
Dengan mediasi (perantaraa) . jika
penyelesaian konflik menemukan jalan buntu , masing-masing pihak bisa menunjuk
pihak ketiga untuk mnejadi perantara yang berperan secara jujur dan adil serta
tidak memihak.
- Sedangkan strategi yang dipandang efektif antara lain :
1.
Tujuan sekutu besar , yaitu dengan
melibatkan pihak-pihak yang terlibat konflik kearah tujuan yang lebih besar dan
konflek. Misalnya dengan cara membangun sebuah kesadaran nasional yang lebih
mantap ,
2.
2. Tawar menawar integrative , yaitu
dengan mengiring pihak-pihak yang berkonflik , untuk lebih berkonsentrasi pada
kepentingan yang luas dan tidak hanya berkisar pada
kepentingan sempit , misalnya kepentingan individu , kelompok ,
golongan atau suku bangsa tertentu.
3.
Pengendalian konflik dengan cara
konsiliasi , terwujud melalui lembaga-lembaga
tertentu yang memungkinkan
tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di antara
pihak-pihak yang berkonflik.
- Lembaga yang dimaksud diharapkan berfungsi secara efektif , yang sedikitnya memenuhi empat hal yaitu :
1.
Harus mampu mengambil keputusan
secara otonom , tanpa campur tangan dari badan-badan lain.
2.
2. Lembaga harus
bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga itulah yang
berfungsi demikian.
3.
Lembaga harus mampu
mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik,
4.
Lembaga tersebut harus bersifat
demokratis
- Pola penyelesaian konflik juga bisa dilakukan dengan menggunakan strategi seperti berikut :
1.
Gunakan persaingan dalam
penyelesaian konflik, bila tindakan cepat dan tegas itu pital, mengenai isu
penting dimana tindakan tidak popular perlu dilaksanakan.
2.
Gunakan kolaborasi untuk menemukan
pemecahan masalah integrative bila kedua perangkat kepentingan terlalu penting
untuk dikompromikan.
3.
Gunakan penghindaran bila ada isyu
sepele, atau ada isu lebih penting yang mendesak. Bila kita tidak adanya
peluang bagi terpuaskannya kepentingan anda.
4.
Gunakan akomodasi bila diketahui
kita keliru dan untuk memungkinkan pendirian yang lebih baik didengar untuk
belajar, dan untuk menunjukan kewajaran.
5.
Gunakan kompromis bila tujuan
penting, tetepi tidak layak mendapatkan upaya pendekatan-pendekatan yang lebih
jelas disertai kemungkinan gangguan.
- . Macam-macam pola pengelolaan konflik
Menurut
penelitian Vliert dan Euwema , peneliatian-penelitian mengenai cara-cara
penyelesaian konflik menggunakan klasifikasi yang berbeda.
Berpijak
dari perbedaan budaya , nilai maupun adat kebiasaan , Ury , Brett , dan
Goldberg mengajukan tiga model pengelolaan konflik , sebagai berikut :
1.
Differing to status power
Individu
dengan status yang lebih tinggi memiliki kekuasaan
untuk mmebuat dan memaksakan solusi yang di tawarkan . Status social
memegang peranan dalam menentukan aktivitas yang di lakukan .
2.
Applying Regulations
Model
I ni di tekankan oleh asumsi bahwa interaksi social di atur oleh hokum
universal. Peraturan diterapkan secara merata pada seluruh anggota.
Peraturan di bakukan untuk menggambarkan hukuman dan penghargaan yang di
berikan berdasarkan perilaku yang di lakukan , bukan berdasarkan orang ya
ng terlibat.
3. Integrating Interest
Model
ini menekankan pada perhatian pihak yang terlibat , untuk membuat
hasilnya lebih bermanfaat bagi mereka daripada tidak mendapatkan
kesepakatan satupun .
- Pola penyelesaian konflik bila di pandang dari sudut menang-kalah pada masing-masing pihak , maka ada empat bentuk pengelolaan konflik , yaitu :
1.
Bentuk kalah-kalah(menghindari konflik )
Bentuk
pertama ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik
dan mengabaikan masalh yang timbul. Atau bias berarti bahwa kedua blah pihak
tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan
untuk mengatasi konflik tersebut.
2.
Bentuk menang-kalah (persaingan)
Bentuk
kedua ini memastikan bahwa satu pihak memenangkan konflik dan pihak lain
kalah. Biasanya kekuasaan atau pengaruh digunakan untuk memastikan bahwa dalam
konflik tersebut individu tersebut yang keluar sebagai pemenangnya.
3.
Bentuk kalah-menang (mengakomodasi)
Agak
berbeda dengan bentuk kedua, bentuk ketiga ini yaitu individu kalah-pihak lain
menang ini berarti individu berada dalam posisi mengalah atau
mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini digunakan untuk menghindari
kesulitan atau masalah yang lebih besar.
4.
Bentuk menang-menang (kolaborasi)
Bentuk
keempat ini disebut dengan gaya pengelolaan konflik kolaborasi. Tujuannya
adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui consensus atau
kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai.
Berbeda
dengan pendapat di atas Hendricks (2001) mengemukakan lima gaya pengelolaan
konflik yang diorientasikan dalam organisasi maupun perusahaan. Lima gaya yang
dimaksud adalah:
1.
Integrating (menyatukan,menggabungkan)
Individu
yang memilih gaya ini melakukan tukar menukar informasi. Disini ada keinginan
untuk mengamati perbedaan dan mencari solusi yank dapat diterima semua
kelompok. Cara ini mendorong berfikr kreatif serta mengembangkan alternative
memecahkan masalah.
2.
Obliging (saling membantu)
Disebut
juga karena kerelaan membantu . cara ini menempatkan nilai yang tinggi untuk
orang lain smentara dirinya dinilai rendah. Kekuasaan diberikan pada orang
lain.
3.
Dominating (menguasai)
Tekanan
gaya ini adalah pada diri sendiri. Kewajiban bias saja diabaikan demi
kepentingan pribadi. Gaya ini meremehkan kepentingan orang lain. Biasanya
berorientasi pada kekuasaaan dan penyelesaiannya cenderung dengan menggunakan
kekuasaan .
4.
Avoiding (menghindar)
Individu
yang menggunakan gaya ini tidak mennempatkan nilai pada diri sendiri atau orang
lain. Ini adalah gaya menghindar dari persoalan, termasuk didalamnya menghindar
dari tanggung jawab.
5.
C ‘o’ mpromising (kompromi)
Perhatian
dalam diri sendiri atau orang lain berada dalam tingkat sedang.
Lebih
lanjut Johnson & Johnson (1991) mengajukan beberapa gaya atau
strategi dasar pengelolaan konflik yaitu :
1.
Withdrawing (menarik diri). Individu yang menggunakan stratgi ini percaya bahwa
lebih mudah menarik diri dari konflik dari pada menghadapinya. Mereka
cenderung menarik diri untuk menghindari konflik.
2.
Forcing (memaksa). Individu berusaha memaksa lawannya menerima solusi konflik
yang ditawarkannya. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting. Mereka menggunakan
segala cara untuk mencapai tujuannya. Mereka tidak peduli akan kebutuhan dan
minat orang lain, serta apakah orang lain itu menerima solusi mereka atau
tidak .
3.
Smoothing (melunak). Individu yang menggunakan strategi ini berpendapat bahwa
pempertahankan hubungan dengan orang lain jauh lebih penting dibandingkan
dengan pencapaian tujuan pribadi. Mereka ingin diterima dan dicintai. Mereka
merasa bahwa konflik harus dihindari demi keharmonisan dan bahwa orang tidak
akan dapat membicarakan konflik tanpa mengakibatkan rusaknya
hubungan.
4.
Compromising (kompromi). Strategi ini digunakan individu yang
menaruh perhatian baik terhapat pribadinya sendiri maupun hubungan dengan orang
lain. Mereka berusaha berkompromi, mengorbankan tujuannya sendiri dan mempengaruhi
pihak lain untuk mengorbankan sebagian tujuannya juga.
5.
Confronting (konfrontasi). Individu dengan tipe ini menaruh perhatian
sangat tinggi terhadap tujuan pribadi maupun kelangsungan hubungan dengan orang
lain. Mereka memandang konflik sebagai masalah yang harus dipecahkan dan solusi
terhadap konflik haruslah mencapai tujuan pribadinya sendiri maupun tujuan
orang lain.
- Factor-faktor yang mempengaruhi pola penyelesaian konflik
Johnson
& Johnson (1991) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan bilamana
seseorang terlibat dalam suatu konflik dan akibatnya menentukan bagaimana
seseorang menyelesaikan konflik, sebagai berikut :
1.
Tercapainya persetujuan yang dapat memuaskan kebutuhan serta tujuannya. Tiap
orang memiliki tujuan pribadi yani ingin dicapai. Konflik bias terjadi karena
tujuan dan kepentingan individuntuk menghalangi tujuan dan kepentingan individu
lain.
2.
Seberapa penting hubungan atau interaksi itu untuk dipertahankan. Dalam situasi
social, yang didalamnya terdapat keterikatan interaksi, individu harus hidup
bersama dengan orang lain dalam periode tertentu. Oleh karena itu diperlukan
interaksi yang efektif selama beberapa waktu.
Factor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap pengelolaan konflik, seperti berikut ini :
1.
Kepribadian individu yang terlibat konflik
Stenberg
dan Soriono berpendapat bahwa gaya pengelolaan konflik seorang individu dapat
diprediksi dari karakteristik intelektual dan kepribadiannya. Mereka menemukan
bahwa subjek dengan skor itelektual yang rendah cenderung menggunakan aksi
fisik dalam mengatasi konflik. Dari karakteristik kepribadian dapat diprediksi
bahwa sujek dengan skor tinggi pda need for deference ( kebutuhan untuk
mengikuti dan mendukung seseorang), need for abasement (kebutuhan untuk
menyerah atau tunduk) dan need for order (kebutuha untuk membuat teratur)
cenderung untuk memilih gaya-gaya pengelolaan konflik yang membuat konflik
melunak. Sebaliknya subjek dengan skor tinggi pada need for autotomi (kebutuhan
un tuk bebas dan lepas dari tekanan ) dan need for change (kebutuhan
untuk membuat perubahan) memiliki kecenderungan untuk memilih paling tidak satu
gaya pengelolaan konflik yang membuat konflik semakin intensif.
2.
Situasional
Aspek
situasi yang penting antara lain adalah perbedaan struktur kekuasaan, riwayat
hubungan, lingkungan social, dan pihak ketiga. Apabila satu pihak memiliki
kekuasaan lebih besar terhadap situasi konflik, maka besar kemungkinana akan
diselesaikan dengan cara dominasi oleh pihak yang lebih kuat posisinya. Riwayat
hubungan menunjuk pada pengalaman sebelumnya dengan pihak lain, skap dan
kenyakinan terhadap pihak lain tersebut. Termasuk dalam aspek lingkingan social
adalah norma-norma social dalam menghadapi konflik dan iklim social yang
mendukung melunaknya konflik atau justru mempertajam konflik.
3.
Interaksi
Digunakannya
pendekatan disposisional saja dalam mencari pemahaman akan perilaku social
dianggap mempunyai manfaat yang terbatas. Pendekatan yang lebih dominan
dalam menerangkan perilaku social adalah interaksi dan saling mempengaruhinya
determinan situasional dan disposisional.
4.
Isu konflik
Tipe
isu tertentu kurang mendukung rsolusi konflik yang konstruksif dibandingkan
dengan isu yang lain. Tipe isu seperti ini meng
Rahkan
partisipan konflik untuk memandang konflik sebagai permainan kalah-menang. Isu
yang berhubungan dengan kekuasaan,status, kemenangan , dan kekalahan ,
pemilikan akan sesuatu tidak tersedia substitusinya, adalah termasuk tipe-tipe
isu yang cenderung diselesaikan dengan hasil mennag kalah.
DAMPAK
KONFLIK SOSIAL
DAMPAK
POSITIF
1.
Merperjelas batas-batas diri
Setiap
orang dalam kehidupan bermasyarakat , memiliki tanggung jawab atas hak dan
kewajiban yang mereka miliki. Hak adalah sesuatu yang menjadi milik seseorang.
Misalnya hak-hak mereka memperoleh pekerjaan yang layak bagi ke manusia, hak
untuk hidup , hak untuk berserikat dan berkumpul dan juga hak untuk mencintai
dan dicintai.
Sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai warga
masyarakat.
Sopan
berlalu lintas adalah wujud kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain
berlalu lintas. Dapat dikatakan secara sederhana jangan orang lain mengerem
karena tindakan kita. Jika dalam berlalu lintas orang lain mengerem karena
kendaraan kita berarti kita telah melanggar kebebasan orang lain dan itu
berarti kita mengambil hak orang lain untuk kebebasan kita , tindakan demikian
tidaklah benar.
2.
Menguatnya solidaritas kelompok
Salah
satu upaya menguatkan solidaritas dalam kelompok adalah membuat musuh bersama
bagi kelompoknya. Misalnya dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia, pemimpin bangsa ini menjadikan penjajah Belanda sebagai musuh bangsa
Indonesia.
3.
Hikmah di balik konflik
Kata
yang sering kita dengar “ambillah hikmah dibalik peristiwa yang terjadi” .
adalah ungkapan yang sangat tepat untuk menjelaskan adanya hikmah dibalik
konflik yang terjadi. Misalnya konflik Suku dayak dan Madura di Sampit akan
memberikan hikmah bagi kedua belah pihak untuk lebih berjati-hati dalam
hubungan social dalam kehidupan bermasyarakat.
EKSES
KONFLIK ( DAMPAK NEGATIF)
Ekses
konflik akibat negative yang terjadi dengan adanya konflik. Ekses ini dapat di
kategorikan menjadi beberapa hal berikut ini :
1.
Perpecahan
Akibat
negative dari konflik adalah terjadinya perpecahan dalam banyak hal dan
peristiwa.
2.
Permusuhan
Konflik
yang tidak terselesaikan dengan baik dapat berakses bagi terjadinya permusuhan.
Dendam selama ini ada akan tetap tersimpaan dan tdendam tersebut sebagai biang
keladi bagi terjadinya permusuhan. Ungkapan hutang darah dibayar darah ,
hutang nyawa dibayar nyawa , adalah ungkapan permusuhan yang ditimbulkan oleh
konflik yang tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik
dapat terjadi antar individu dengan individu ; individu dengan kelompok maupun
kelompok dengan kelompok, demikian juga halnya permusuhan tersebut dapat
terjadi antar individu yang lain , misalnya berebut gadis antara kedua remaja
laki-laki, dapat berakhir dengan perkelahian dan bahkan sampai terjadi
pembunuhan diantara mereka yang berebut seorang gadis.
3.
Balas dendam
Dendam
merupakan gejala yang banyak kita dpaatkan dari konflik yang terjadi , mereka
berharap suatu saat dapat membalas kekalahan yang dia alami. Balas dendam
biasanya menungggu kesempatan dimana lawan konflik dalam keadaan lengah atau tidak
berdaya . Di beberapa masyarakat balas dendam
sering merupakan kewajiban bagi keturunan dan bahkan di anggap
sebagai keharusan dalam menghormati orang tua atau leluhurnya ,
mana kala keluarga atau kelompoknya pernah dipermaluka. Siriik misalnya
di suatu masyarakat adalah suatu kewajiban balas dendam yang harus
dilakukan sebagai kewajiban manakala keluarga ada anggota yang di bunuh atau
dipermalukan di depan umum.
4.
Kekerasan
Kekerasan
merupakan tindakan fisik dan non fisik yang ditujukan kepada orang lain
yang lebih lemah keberadaannya. Mereka yang lebih kuat lebih
berkuasa melakukan tindakan kekerasan pada pihak lain yang lebih lemah atau
berada di bawah kekuasaannya. Kekerasan dapat terjadi di lingkungan mana saja
seperti kekerasan rumah tangga atau keluarga, kekerasan dalam tempat kerja
maupun di lembaga pendidikan smei militer dan militer.
5.
Perubahan kepribadian
Perubahan
dimungkinkan terjadi akibat konflik yang ada , hal ini terkait
dengan keseimbangan psikologis dan sisiologis dari yang
bersangkutan. Secara psikologis apakah terdapat kekecewaan,
tekanan bathin dan stress maupun perasaan bersalah yang berkepanjangan. Secara
sisiologis apakah hubungan social diantara mereka terganggu atau
tidak. Misalnya perceraian orang tua akan berdampak buruk kepada anak-anaknya,
figure orang tua sanagt penting kepada anak-anak.
6.
Jatuhnya korban
Korban
berjatuhan dapat dimungkinkan sebagai akibat dari konflik yang ada. Anak-anak
menjadi kkorban perceraian ayah dan ibu . konflik antar suku banyak yang
meninggal dun ia karena terkena senjata tajam pada waktu konflik terbuka
terjadi. Jatuhnya korban tidak selamanya berupa nyawa, akan tetapi
juga bisa berupa barang, kekayaan harta benda dan berbagai sarana
prasarana yang ada yang menjadi sasaran tindak pengrusakan yang
terjadi pada waktu konflik tersebut terbuka.
7.
Dominasi yang kuat atas yang lemah
Hasil
dari konflik yang ada adalah kemenangan atau kekalaha n bagi salah satu pihak
yang berkonflik. Kenyataan demikian membuat mereka yang
menang akan menguasai kelompok yang kalah dan kelompok yang kalah akan berada
di bawah kekuasaan yang menang.
Sumber : http://yixloli.blogspot.co.id/2012/12/ips-smk-kelas-xii-semester-1-2.html
0 komentar:
Posting Komentar